Belikoleksi Menilai Harga Wajar Saham online lengkap edisi & harga terbaru Agustus 2022 di Tokopedia! β Promo Pengguna Baru β Kurir Instan β Bebas Ongkir β Cicilan 0%.
4 Penilaian Harga Wajar Saham Penilaian kewajaran harga saham menggunakan PER adalah apabila nilai PER dibawah 10 kali adalah murah. Namun PER yang tinggi atau lebih dari 10 kali bisa menunjukkan kalau perusahaan itu merupakan perusahaan yang diincar investor, sehingga harga sahamnya terus naik dan PER nya juga tinggi.
Sampaidi sini kamu sudah paham bagaimana cara mencari PER saham yang benar dengan rumusnya langsung. Tapi jangan senang dulu karena masih ada ilmu penting yang harus kamu ketahui kalau mau tau persis bagaimana menilai harga wajar saham dengan PER ini. Jadi baca terus sampai tuntas ya, termasuk tautan artikel lanjutan yang diselipkan di artikel
Apamaksud harga saham "asli"? Jadi di bursa saham ada harga saham dan ada harga asli saham. Jika kita sebagai investor mengetahui harga asli suatu saham maka kita bisa membandingkan apakah harga suatu saham saat ini di pasar masih murah atau mahal dibandingkan dengan harga aslinya. Dikutip dari web finansialku.com
Banyakorang mengira jika NAB adalah harga dari produk reksa dana yang akan dibeli. Padahal, NAB merupakan nilai yang menunjukkan aset yang dikelola dalam reksa dana. Secara etimologis, NAB berasal dari istilah dalam bahasa Inggris net asset value (NAV) yang berarti nilai aset bersih. Pengertian NAB merujuk pada jumlah dana yang dikelola oleh
Hargawajar saham bisa berpatokan pada harga penutupan pasar saat itu. Saham XYZ misalnya. Jika harga penutupan perdagangan hari itu Rp2.000 misalnya, maka harga penutupan itu bisa langsung dijadikan sebagai nilai pasar wajar ( fair market value) dari saham tersebut.
However angka 30.6% yang dicapai BBRI ini tentunya sudah sangat baik). CAGR dari sisi BVS ini jauh lebih riil dibanding CAGR dari sisi kenaikan harga saham perusahaan, karena harga saham bisa naik dan turun setiap saat, namun BVS akan terus naik dari ke waktu selama perusahaan masih menghasilkan laba. Bagi anda sebagai investor, maka diluar
Dariharga wajar tersebut maka kita akan bisa menentukan potensi profit harga saham antam yang diinginkan. dari gambar diatas terlihat bahwa haga konsensus antm sebagai berikut: Kalau kita mengetikkan keyword bagaimana cara mengetahui harga sebuah saham akan naik atau turun di mesin pencari google.com, yahoo, bing yandex atau lainnya, saya
Rumuspertama yang bisa digunakan untuk menghitung harga wajar saham adalah Graham Number. Jujur saya sebenarnya tidak terlalu tau apakah rumus ini memang diciptakan oleh Benjamin Graham penulis buku The Intelligent Investor atau bukan. Di web teori ini dibuat oleh Benjamin Graham (Lihat sumber di akhir artikel)
1 Analisis Tren. Metode analisis laporan keuangan yang pertama adalah analisa tren atau time-series analysis.. Biasanya metode ini digunakan untuk melihat bagaimana kinerja keuangan perusahaan dari satu waktu ke waktu lainnya.. Makanya, untuk melakukan analisis ini akan menggunakan history data dari sebuah laporan keuangan.. Cara melakukan anlisis ini, biasanya dengan membandingkan rasio dari
DirHqw. Dalam tulisan sebelumnya disini, kita sudah membahas dua metode untuk menentukan harga wajar sebuah saham yaitu dengan menggunakan metode berdasarkan Net Assets Value aset bersih/ekuitas dan metode Peter Lynch's Fair PER. Kedua metode ini bisa disebut mengabaikan potensi pertumbuhan suatu perusahaan dalam perhitungannya dan memiliki syarat-syarat tertentu, sehingga tidak banyak saham yang bisa dinilai harga wajarnya menggunakan kedua metode ini. Nah, oleh karena itu, kita beranjak ke metode berikutnya yang menurut penulis lebih cocok dalam menilai harga wajar saham-saham di Indonesia. Sebelum melanjutkan ke metode berikutnya, ada baiknya kita merangkum kembali kedua metode yang sudah dibahas. Untuk metode NAV, nilai wajar sebuah saham sama dengan nilai buku per lembar sahamnya, atau dengan kata lain nilai PBVnya <= 1. Beberapa kekurangan utama terkait metode ini adalah diabaikannya pertumbuhan yang telah dan tengah dialami oleh suatu perusahaan. Oleh karena itu, dalam banyak kasus perusahaan yang memiliki PBV <= 1 biasanya merupakan perusahaan-perusahaan yang mungkin namanya bahkan baru Anda dengar dimana fundamentalnya memang tidak bagus serta sering merugi, sedangkan perusahaan-perusahaan yang familiar, terkenal, dan selalu untung biasanya memiliki PBV jauh di atas 1. Metode kedua yang telah dijelaskan yaitu Peter Lynch's Fair PER. Penulis sengaja memilih metode ini untuk dijelaskan karena ada banyak investor yang menilai harga wajar sebuah saham melalui nilai PERnya sehingga ada baiknya apabila kita mengetahui kaitan antara PER suatu perusahaan dengan harga sahamnya. Menurut Peter Lynch, harga suatu saham bisa dibilang wajar apabila PERnya bernilai sama atau lebih kecil dengan rata-rata pertumbuhan laba bersihnya selama beberapa tahun terakhir tanpa persen. Akan tetapi metode ini mempunyai syarat khusus dimana perusahaan haruslah membukukan pertumbuhan laba bersih yang stabil dan masalahnya, tidak banyak perusahaan yang seperti ini. Peter Lynch juga mengajarkan suatu metode dengan membuat garis panduan berdasarkan nilai median nilai tengah dari PER suatu perusahaan dari laporan keuangannya beberapa tahun terakhir. Metode ini cocok digunakan untuk menentukan harga wajar dari saham-saham ternama dan fundamental yang solid dan teruji dimana valuasinya sudah sangat mahal, seperti saham-saham consumer goods. Bagi perusahaan yang cyclical, alias pendapatannya tidak menentu dan membentuk suatu siklus untung dan rugi, metode ini kurang cocok digunakan karena dapat memberi bias pada nilai historis PERnya. Contoh perusahaan cyclical ini seperti perusahaaan penghasil komoditas yang bergantung kepada harga komoditas itu sendiri, perusahaan properti, perbankan, dan otomotif yang bergantung kepada suku bunga acuan pemerintah, perusahaan konstruksi yang heavy asset dan sangat bergantung kepada kondisi ekonomi Indonesia, dan lain-lain sebagainya. Nah, masalahnya adalah kebanyakan perusahaan di BEI justru perusahaan cyclical ini. Coba saja Anda perhatikan, tidak perlu susah-susah, lihat saja emiten-emiten apa saja yang ada di LQ45? Kebanyakan perusahaan cyclical seperti yang Penulis sebutkan di atas. Lalu bagaimana cara mengetahui harga wajar perusahaan-perusahaan seperti ini? 3. Fair PBV Ratio Para pesohor value-investing seperti Benjamin Graham dan Warren Buffett sangat sering menjadikan nilai buku per lembar saham sebagai patokan terhadap harga suatu saham dan kemudian membeli saham yang dijual dengan harga jauh di bawah nilai bukunya tadi, dengan kata lain rasio Pbvnya <= 1. Kenapa para pesohor ini menganggap penting Pbv dalam memperkirakan harga suatu saham? Hal ini karena Pbv sangat cocok digunakan untuk perusahaan-perusahaan yang heavy asset, dan pada masa mereka dahulu dan masih sampai sekarang, kebanyakan perusahaan memang memiliki metode operasi yang sama dalam meng-generate revenue streamnya, yaitu mengandalkan aset tangible. Maksudnya bagaimana? Oke, salah satu industri yang heavy asset yaitu industri tambang batubara seperti Adaro, Bukit Asam, Petrosea, dan sebagainya. Sumber penghasilan utama mereka berasal dari tambang-tambang batubara yang mereka miliki beserta peralatan-peralatan berat yang digunakan untuk mengelupas lapisan tanah di pertambangan tersebut. Nah, tambang-tambang dan peralatan-peralatan ini gampang untuk dinilai dan dilaporkan di laporan keuangan mereka sebagai bagian dari aset perusahaan. Dan karena penghasilan mereka berasal dari penjualan batubara yang dihasilkan dari aset-aset ini, maka tentu sangat wajar dan rasional apabila harga sahamnya seharusnya berlandaskan dari bagaimana kemampuan si perusahaan dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan keuntungan. Bukan begitu?! Lalu sebagai investor, aset mana yang benar-benar merupakan "milik" si investor? Jawabannya yaitu ekuitas. Loh kok bisa? Gampangnya begini, ketika suatu perusahaan IPO, maka dana IPO yang dikumpulkan dari para investor dicatatkan pada bagian ekuitas di laporan keuangan perusahaan. Dana ini kemudian digunakan oleh perusahaan untuk membeli aset-aset produktif yang diharapkan mampu menghasilkan keuntungan serta digunakan untuk dana operasional dan lain-lain. Apabila kemudian untung dan mendapatkan laba bersih, sebagian laba bersih ini dikembalikan ke investor sebagai deviden, dan sisanya dicatatkan lagi ke dalam ekuitas sebagai saldo laba sehingga jumlah ekuitas ini akan terus bertambah seiring waktu berjalan. Seandainya suatu ketika perusahaan berhutang untuk ekspansi dan membeli aset-aset produktif lain, maka hutang ini dicatatkan ke dalam liabilitas. Meskipun aset perusahaan kemudian bertambah karena hutang ini, tetapi pertambahan aset ini bukan merupakan kontribusi dari investor melainkan dari inisiatif perusahaan. Oleh karena itu, aset yang benar-benar dimiliki oleh para investor adalah total aset setelah dikurangi dengan semua liablitas, sehingga disebut dengan aset bersih ekuitas. Oke, setelah mengetahui aset mana yang benar-benar merupakan milik investor, maka dari kacamata seorang investor, harga saham suatu perusahaan seharusnya berkaitan dengan kemampuan si perusahaan dalam mengelola aset aset bersih, yang notabenenya adalah "milik investor" untuk menghasilkan keuntungan. Dan kemampuan perusahaan dalam mengelola aset bersih ini tercermin dalam nilai Return on Equity RoE. Nah untungnya, Peter Lynch telah menunjukkan suatu pondasi rule of thumb yang sangat bermanfaat dalam menentukan prinsip Fair Pbv Ratio kita. Peter Lynch menunjukkan hubungan antara nilai PER wajar suatu perusahaan sama dengan pertumbuhan laba bersih perusahaan dari waktu ke waktu tanpa persen. Apabila kaitan antara PER dengan pertumbuhan laba bersih dapat berlaku, maka sangat mungkin juga prinsip ini dapat diterapkan antara PBV dengan RoE suatu perusahaan. Seandainya kita mengadaptasi prinsip Peter Lynch di atas ke dalam kasus kita, maka rule of thumb-nya akan menjadi "Nilai Pbv wajar suatu perusahaan sama dengan RoE perusahaan dari waktu ke waktu tanpa persen" Fair Pbv = 1/10*RoE time-to-time without % Apa maksud RoE time-to-time? Kita bisa simak analisis yang pernah penulis berikan disini. Di akhir artikel tersebut, penulis memberikan analisis terhadap Bukit Asam PTBA. Ketika artikel ditulis, harga PTBA berkisar antara 3000-3400 dengan Pbv 2 kali dan sudah naik banyak sejak 2016 dimana harga batubara ketika itu mulai pulih. Berdasarkan LK kuartal I ketika itu, diperkirakan pada akhir tahun RoE Bukit Asam sekitar 36-40%. Dengan menggunakan metode Fair Pbv, maka seharusnya nilai wajar Pbv Bukit Asam adalah sekitar kali, dan ketika itu Pbv Bukit Asam hanya 2 kali sehingga jelas PTBA saat itu undervalue. Setelah LK Q2 Bukit Asam keluar, dan perusahaan diperkirakan mampu mempertahankan nilai RoE sekitar 38%-40%an hingga akhir tahun, maka indikasi Pbv Bukit Asam akan menuju 4 kali semakin kuat. Inilah yang dimaksud dengan RoE time-to-time, dimana perusahaan berdasarkan laporan kuartalnya terus menunjukkan besaran RoE yang minimal hampir sama dengan kuartal-kuartal sebelumnya sehingga peningkatan kinerja perusahaan bukan hanya suatu kebetulan. Dan akhirnya, tidak lama setelah LK Q2nya keluar, saham PTBA terus naik hingga menembus 4800an dan nilai Pbvnya mendekati nilai dari RoE tanpa % yaitu sekitar 4,2 kali. Contoh lain yaitu pada artikel ini yang membahas potensi dari CITA yang masih tergolong perusahaan komoditas penghasil alumina. Pada saat artikel ditulis, harga CITA berkisar di 700an dengan Pbv 2,4an. Dan setelah perusahaan mampu mewujudkan pabrik smelternya bekerja sama dengan investor dari China, CITA mulai mengekspor Alumina ke dalam dan luar negeri sehingga berdasarkan LK Q1nya, CITA membukukan pertumbuhan laba bersih hingga 684% dibanding tahun 2017 dan dengan nilai RoE akhir tahun sekitar 50%an. Berdasarkan metode Fair Pbv, maka seharusnya Pbv CITA akan mendekati 5 kali sehingga jelas ketika waktu itu Pbv CITA hanya 2,4an kali, CITA tergolong sangat-sangat murah!. Ketika CITA merilis LK Q2 yang menunjukkan performa sangat solid seperti kuartal sebelumnya, saham CITA langsung terbang dari 700an ke 1400an, naik dua kali lipat dimana di harga segitu Pbv CITA juga baru 3,2an. Seandainya sepanjang 2018 dan awal 2019 nanti performa CITA masih sangat solid dan konsisten membukukan RoE 50%, maka potensi CITA untuk naik lebih jauh masih sangat terbuka lebar. Dan ada banyak contoh-contoh perusahaan di BEI sana yang apabila Anda mau menghitung masing-masingnya, memiliki nilai Pbv yang berkisar tidak jauh dari nilai RoEnya tanpa %. Apabila Anda menemukan perusahaan yang seperti itu, bisa dikatakan harga perusahaan tersebut sudah merupakan harga wajarnya. Bisa naik lebih jauh apabila seandainya perusahaan masih mampu membukukan performa RoE yang lebih tinggi pada tahun-tahun berikutnya, ataupun bisa langsung jeblok seandainya perusahaan tiba-tiba merugi. Jadi Fair Pbv Ratio ini merupakan metode yang menurut penulis sangat sesuai digunakan untuk mencari harga wajar mayoritas saham-saham di Indonesia. Pengecualian pada saham-saham consumer goods atau saham lain yang valuasinya premium karena memang fundamentalnya yang telah teruji dalam jangka waktu yang sangat lama dan faktor intangible asset perusahaan yang sangat kuat. Dan juga saham-saham yang tergolong light asset seperti perusahaan software ataupun digital startup yang untungnya di Indonesia belum banyak perusahaan seperti ini, kecuali kalau nanti perusahaan seperti Gojek, Tokopedia, Bukalapak melakukan IPO dan perusahaan asuransi. Nah, untuk perusahaan dengan valuasi premium bahkan pertamax seperti ini, maka metode pendekatan yang bisa kita gunakan untuk menentukan harga wajarnya adalah Discounted cash flow Discounted owner's earning kalau versi Opa Warren Buffett dan juga median P/S Ratio yang InsyaAllah akan kita bahas pada artikel selanjutnya. ΕΈΛβ¬
Reksadana telah menjadi cara investasi yang marak dicari oleh pemula. Hal ini terjadi akibat reksadana memiliki tingkat risiko yang cukup rendah. Bagi pemula yang belum memahami sistematika atau cara kerja reksadana, risiko yang rendah akan menjadi sebuah keuntungan baginya. Namun, reksadana memiliki istilah-istilah yang mungkin akan membuat para investor pemula bertanya-tanya. Agar tidak mundur dari permainan, perlu diketahui dan dipahami istilah-istilah tersebut. Istilah termudah dan mungkin yang pertama akan dijumpai adalah Nilai Aktiva Bersih NAB. Untuk memahami istilah NAB, yuk simak penjelasan berikut ini. Baca juga Bunga Reksadana β Besaran, Cara Hitung, dan Daftar Reksadana Bunga Tertinggi Pengertian NAB Reksadana NAB Reksadana Nilai Aktiva Bersih atau yang sering disingkat sebagai NAB adalah nilai total investasi dalam setiap produk investasi reksadana. Setiap harinya, investor akan mengetahui total kekayaan bersih sebuah reksadana yang digambarkan oleh NAB. Total kekayaan bersih ini merupakan jumlah dana yang dikelola oleh MI atau manajer investasi produk reksadana dan kemudian dihitung setiap harinya berdasarkan hari perdagangan bursa. NAB adalah harga bersih dari dana yang dikelola setelah dikurangi biaya operasional. Nantinya, NAB dipublikasikan ke media-media agar diketahui oleh khalayak umum. Jadi, masyarakat yang belum atau ingin memulai reksadana juga dapat mengetahui segelintir dari kondisi pasar reksadana. Cara Kerja NAB Reksadana dan Perhitungannya dalam Investasi Cara menghitung NAB Reksadana pada dasarnya tidak sulit. Angka NAB didapatkan dengan cara menjumlahkan total aktiva bersih dari keseluruhan dana dari reksadana yang kemudian dibagi dengan total unit yang ada di pasar. Mungkin untuk pemula akan bertanya, βApa itu total aktiva bersih?β. Nah, total aktiva bersih merupakan nilai bersih yang diambil dari nilai pasar produk investasi tertentu dalam reksadana, yang meliputi deposito, saham, obligasi, dan surat berharga pasar uang. NAB adalah nilai yang sudah bersih dari biaya operasional. Biaya manajer investasi dan biaya bank kustodian merupakan beberapa bentuk dari biaya operasional. Maka, saat kamu berinvestasi reksadana, tidak lagi memikirkan biaya operasional, apalagi pada saat melihat angka NAB/unit. Investasi reksadana lebih menjadi nyaman, deh. Biasanya, produk reksadana dijual berbentuk satuan unit. Investor kemudian akan membeli produk reksadana per unit dari NAB. Hal ini membuat NAB-nya pun dihitung per unit yang juga. Alhasil, muncul istilah NAB/unit. Sehingga sebagai investor, kamu hanya perlu melihat unit penjualan setiap produk reksadana dan berapa perubahan nilai NAB-nya. Rumus Menghitung Jumlah Unit Reksadana Jumlah Unit Reksadana Jumlah Dana Investasi NAB/unit Sebagai contoh, harga jual reksadana CRMT adalah pada tanggal 1 Oktober 2022. Kamu menginvestasikan dana senilai untuk membeli reksadana tersebut di hari yang sama. Setelah pembelian selesai dilakukan kamu akan mendapatkan unit reksadana CRMT. Jumlah Unit Reksadana CRMT yang Kamu Miliki Jumlah Dana Investasi NAB/unit reksadana CRMT = unit Kesimpulannya, per tanggal 1 Oktober 2022, kamu memiliki nilai investasi reksadana CRMT sebesar unit reksadana dengan nilai NAB sebesar Perlu kamu ketahui, setiap harinya nilai NAB/unit ini akan berubah nilainya sesuai dengan kondisi transaksi para investor. Cara Menghitung Keuntungan NAB Reksadana Menghitung NAB Setelah memahami cara menghitung jumlah unit reksadana, berikut pembahasan bagaimana cara hitung keuntungannya nih. Dalam investasi reksadana, keuntungan dapat dihitung berdasarkan selisih kenaikan NAB saat penjualan dan NAB saat pembelian. Kamu akan mendapatkan keuntungan ketika NAB penjualan lebih besar daripada NAB pembelian. Hal ini juga berlaku pada setiap satuan unit reksadana NAB/unit yang termasuk dalam transaksi jual beli yang dilakukan. Berikut contoh perhitungannya Kita ambil lagi contoh di atas, per tanggal 1 Oktober 2022, kamu memiliki nilai investasi reksadana CRMT sebesar unit reksadana dengan nilai NAB sebesar Pada tanggal 1 Januari 2023, kamu memutuskan untuk menjual seluruh unit reksadana tersebut dengan harapan mendapatkan keuntungan. Pada tanggal 1 Januari 2023, NAB/unit dari reksadana CRMT adalah berapa keuntungan yang didapat? Keuntungan Reksadana CRMT Total Nilai Investasi Sekarang NAB/unit Reksadana CRMT x Jumlah Unit Reksadana CRMT - Total Modal Investasi x unit - - Sehingga, jika kamu melakukan penjualan di tanggal 1 Januari 2023, Kamu akan mendapatkan keuntungan sebesar 2%. Dalam contoh di atas, terjadi kenaikan pada NAB/unit dari reksadana CRMT, maka sebagi investor kamu juga akan mendapatkan keuntungan karena NAB/unit dari reksadana CRMT pada tanggal 1 Januari 2023 saat penjualan lebih besar dari tanggal 1 Oktober 2022 saat pembelian. Perlu diingat, NAB/unit ini juga bisa mengalami penurunan. Sehingga jika nilai NAB/unit menurun saat penjualan dilakukan, tentunya kamu juga akan mengalami kerugian. Maka dari itu, jangan lupa untuk menggunakan strategi investasi yang tepat dan memilih reksadana sesuai dengan portofolio serta tujuan investasi kamu ya. Bingung cari investasi Reksa Dana yang aman dan menguntungkan? Cermati solusinya! Mulai Berinvestasi Sekarang! Peran NAB Reksadana NAB Reksadana Nah, sebelum memulai investasi, kamu perlu paham peran yang dimainkan oleh NAB reksadana. Umumnya, para investor akan melihat kemampuan kerja atau hasil reksadana melalui NAB/unit setiap produk reksadana. Namun, peran NAB/unit tidak bisa dijadikan sebuah patokan menilai suatu produk reksadana. Cara yang dapat membantu kamu dalam berinvestasi adalah mengetahui kinerja reksadana melalui riwayat keuntungan dari setiap produk reksadana. Lalu, kenapa NAB/Unit tidak bisa dijadikan acuan? NAB/unit hanya menunjukkan perhitungan aset dasar. Maka, secara umum tidak akan memengaruhi pilihan investasi reksadana kamu. Justru yang memengaruhi adalah produk reksadana yang dipilih. Namun, bukan berarti NAB/unit tidak baik, ya. Dengan adanya NAB/unit, kamu bisa mengetahui berapa besar unit reksadana yang bisa dimiliki dengan menanamkan sejumlah modal. Peran yang dimainkan NAB/unit adalah memberikan kisaran unit produk reksadana yang dimiliki dengan harga tertentu. Nantinya, ini bisa dijadikan referensi untuk memiliki produk reksadana. Bisa jadi, unit yang dimiliki sedikit, tapi keuntungan yang diraih besar, lho! Faktor yang Memengaruhi NAB Reksadana 1. Peningkatan Dana Kelolaan Dana yang ditanamkan oleh investor akan membuahkan jumlah dana kelolaan tertentu. Dana kelolaan ini didapatkan dari banyaknya investor yang menanamkan modal. Makin banyak investor, makin besar pula jumlah dana kelolaannya. Lalu, jumlah dana kelolaan ini akan berpengaruh pada nilai NAB/UP. Jika jumlah dana kelolaan besar, maka harga NAB/UP di suatu produk reksadana juga menjadi tinggi. Begitu pula sebaliknya, bila jumlah dana kelolaan kecil, harga NAB/UP dari produk reksadana akan menjadi rendah. Jika diperhatikan, semua unsur ini sangat berkaitan dan memengaruhi satu sama lain. Jumlah investor akan memengaruhi jumlah dana kelolaan yang kemudian akan memengaruhi harga NAB/UP. Jadi, NAB/UP secara tidak langsung dipengaruhi oleh banyaknya investor pula. 2. Perubahan Nilai Pasar Wajar NPW Berkaitan dengan faktor di atas, jumlah dana kelolaan yang berubah juga dapat dipengaruhi oleh Nilai Pasar Wajar NPW. Singkatnya, NPW merupakan nilai yang didapat dari transaksi saham atau efek yang dilakukan oleh pihak secara bebas dan tanpa paksaan. NPW ini akan diatur oleh perusahaan yang bertugas untuk melakukan penilaian harga efek bernama Lembaga Penilaian Harga Efek LPHE. Karena tugasnya adalah untuk menilai harga efek, LPHE dapat menentukan harga pasar wajar berdasarkan hasil pantauannya terhadap nilai transaksi dari produk-produk investasi. Nilai transaksi dari sebuah produk investasi tentunya akan berubah setiap harinya. Hal ini menyebabkan perubahan NPW yang fluktuatif setiap hari pula. Dengan begitu, jumlah dana kelolaan juga akan berombak dan pada akhirnya akan berpengaruh pada harga NAB/UP. 3. Suku Bunga Bank Indonesia BI Suku Bunga Bank Indonesia BI merupakan suku bunga yang menggambarkan kebijakan moneter yang diterbitkan BI dan diumumkan pada publik. Dengan kata lain, suku bunga BI ini dapat menggambarkan perekonomian negara. Suku bunga ini akan memengaruhi perilaku para investor. Jika suku bunga BI sedang dinaikkan, terdapat kemungkinan investor akan cenderung menarik dananya dari sebuah aset dan memindahkannya ke produk investasi yang bisa memberikan profit berlebih. Maka, jika suku bunga BI yang dinaikkan berpengaruh pada NPW, terdapat kemungkinan investor akan menjual produk-produk investasi yang dimilikinya. Jika jumlah investor berkurang, jumlah dana kelolaan pun akan berkurang dan NAB akan sangat berpengaruh. Alhasil, NAB/UP menjadi fluktuatif dan keuntungan yang didapat pun akan berkurang. Baca juga Mahar Pernikahan Pakai Reksadana? Ini Keuntungannya! Nikmati Keuntungan yang Berlimpah dengan Memahami NAB Reksadana! Investasi reksadana memang terkesan rumit bagi para investor pemula. Banyak istilah yang tidak dimengerti, terutama ketika mulai memilih manajemen investasi dan membangun portofolio. Istilah NAB atau NAB/UP bermunculan banyak dan membuat kamu bertanya-tanya. Namun, setelah memahami pengertian, peran, faktor penyebab, bahkan sampai cara menghitung NAB reksadana, investasi menjadi lebih mudah dan lebih asik. Dengan begitu, kamu dapat lebih cepat memilih produk reksadana yang diinginkan beserta dengan manajemen investasi yang paling cocok untukmu.